RSS

untukmu kawan

Dalam angan-anganku

Kuberi atap hutan yang sunyi

Jadi tempat berlindung abadi

Sebab jiwa yang kembara letih kini

Setelah terbakar terik sang mentari

Setelah terbasahi hujan sejak dini

Adakah yang kan kita cari?

Selain tempat istirahat penuh impi

Dalam angan-anganku

Hutan sunyi adalah istana

Bebas polusi dan merdeka

Bebas kibarkan bendera sukacita

Rahasia tak lagi bertamu dimeja

Ataupun diruang tudurnya

Melainkan menampakkan ujud nyata

Adalah embun pagi dipintu rumah kita

Gelap Gulita

Malam yang gelap

Tanpa kilauan bualan dan bintang

Malam yang sepi

Tanpa gurauan dan canda manusia

Hanya rindu yang bergejola

Dalam lubuk hatiku yang terdalam

Suara jangkrik mengingatkan

Canda tawamu diatas hari

Sepi suara mengingatkanku

Pada suci harimu

Dinginnya malam mengingatkanku

Pada sikapmu yang bicara

Rasa rindu yang mendalam

Terungkap kembali dalam gelapnya

Malam ini, dan sepinya malam ini

September 2004

Muchlishine Dee Wain

Kenangan yang Tertinggal

Bismillah kuucap segala kenangan dan problema

Yang telah kulewati dalam liburan lebaran

Kerena sesungguhnya semuanya tidak akan terjadi

Kecuali dengan izin allah SWT

22-27 ramadhan

Gembira terbayangkan

Menuju halaman rumah untuk berlibur

Kenangan dan cobaan

Yang kulewati dalam perjalanan

Hilang tak kurasakan

Yang kuncinya hanya ketenangan

Lama hari yang kurasa

Menuju hari yang ku idamkan

Hanya tidur dan khayalan

Yang kugunakan untuk

Memotong waktu-waktuku

Pemikiran yang ada dalam pikiranku

Hanya terus melewati pikiran

Tanpa ada yang ia lakukan

Untuk menuju sukses

Dimasa depan

Detik-deik yang kudengar

Dalam getaran jam dinding

Menandakan sepinya keadaan

Menandakan diamnya

Jiwa ragaku dan

Menjadikan hati semakin

Sedih tanpa suara

Panas derita terasa timbul

Yang selama ini belum

Melintasi jiwa ini

Kesunyian-, kesunyian

Yang terus melintang

Perasaan jiwa ini

Sampai di satu titik

Pikiranku mengatakan

Dunia tak bermakhluk

November 2004

Muchlishine Dee Wain

Telah Hilang

Bukan lagi air mata yang ku alirkan dari kedua sisi

Ini adalah nyawa yang harus selalu bernafas

Ini adalah kesengsaraan yang tak pernah ku harapkan

Ini adalah kemiskinan yang selalu membelenggu dan ada

Ini adalah darah yang mengalir dari benih kesucian

Bahwa kami akan segera berlari

Menempuh jalan keabadian

Kemarin

Dan hari ini

Tanpa kehadiran hari esok

Tanpa kehadiran sang pencipta

Ini bukan keadilan

Dan bukan sebuah kebaikan

Dari mana harus dimulai

Perang!

Perang telah lama terjadi

Sedang sepucuk pedang belum kami dapatkan

Karena kami bukan sang empu

Yang mampu mencipta

Tanpa harus berperang

Walau jalan telah terbuka

Dan mereka telah lama menyerah

Tapi kami bukan lagi sang pemenang

Kamipun bukan kekalahan

Tapi ini ketiadaan

Antara nyawa dan kematian

20 Juli 2008

Muchlishine Dee Wain

muchlis_dewan@yahoo.co.id
Nama      : Mukhlisin
Asal         : Cilacap
Pekerjaan : Rope Access